CERITA ISLAMI: Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

CERITA ISLAMI: Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana
"Dek'... dek'... Bangun..Selamat Ulang Tahun..."
bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku.
 
"Hmm..." aku yang sedang lelap tertidur hanya memicingkan mata dan tidur kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.
 
http://fc08.deviantart.net/fs70/i/2011/359/1/7/bed_time_stories_by_kyrateppelin-d4k7zhl.jpg


Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa. Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar, tak ada lilin seperti mimpiku semalam.
 
Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini cuma memandangku.

Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy Birthday to Me.... Bisik hatiku perih.
 
Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini.
 
Aku berhak punya suami yang mapan, kaya, dan lebih tampan dari dia, kemudian yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resort, mengajak makan malam di malam hari ulang tahunku.
 
Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

"De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.

Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku.. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.

"Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.

Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur.. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

"Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini.
Mmmmm... Nggak bagus ya de?"
ucapnya terbata.
Kepala & Matanya dihujamkan ke lantai.

Kubuka ada secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum.
 
Segala kesalku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku belum bisa ngasih apa-apa....
Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya.
Maafin aku ya de'..." ucapnynya pelan.

Aku tahu dia harus rela mengirit dan mungkin tidak makan uang  jatah makan siangnya untuk bisa membeli tas ini.
 
Kupeluk dia dan entah mengapa tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir.
 
Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu hanya dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

"A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku.
 
Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu udah ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan tangis.
 
"Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya..
 
Kamu ngasih aku dede'," senyumku sambil mengelus perutku.
"Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat.

Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri.
 
"Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku.

Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, penghasilan suami yang oke, fasilitas-fasilitas .
 
Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan?
 
Teringat lagi atas secarik kertas puisi pemberiannya saat ia melamarku untuk menikah
 
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...
 
 
1
 
 
 
 
 
 
 
 
 
references by http://adf.ly/sFIcq
Format Lainnya : PDF | Google Docs | English Version
Diposting pada : Minggu, 21 September 14 - 20:19 WIB
Dalam Kategori : CINTA, CERITA ISLAMI CERITA SEDERHANA PERNIKAHAN, INSPIRASI CERITA, CERITA INSPIRATIF, AKU INGIN MENCINTAIMU SEDERHANA
Dibaca sebanyak : 10547 Kali
Rating : 1 Bagus, 0 Jelek
Tidak ada komentar pada blog ini...
Anda harus Login terlebih dahulu untuk mengirim komentar
Facebook Feedback

My Social-Net Accounts, You can Follow.. mungkin suatu hari nanti kita berjodoh (‾⌣‾)♉
ADS & Sponsor
Posting Terbaru Lainnya
Last Visitors
TRANSLATOR
Pengenalan
Kategori
Alexa Rank